Pertamina Tidak Mewajibkan MyPertamina Dalam Pembelian BBM – Indonesia tak pernah berhenti untuk selalu memberikan kabar paling viral dari masa ke masa. Terbaru, penduduk pri bumi sempat dihebohkan dengan masalah pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mengharuskan mereka untuk melakukan pembelian menggunakan aplikasi MyPertamina.
Menurut laporan Kompas, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menyebut bahwa Pertamina tidak sepenuhnya meresmikan pembelian BBM melalui aplikasi MyPertamina. Akan tetapi mereka hanya perlu melakukan pengisian data diri secara lengkap untuk membantu pihak perusahaan dalam mendeteksi segala ketidaksinambungan hingga pemetaan terhadap setiap pelanggan tetap.
Pihaknya pun menyinggung keras bahwa ada banyak kabar burung yang menimpa Pertamina terkait kesulitan dalam upaya pembelian BBM. Padahal pihak perusahaan sama sekali tidak merilis apa pun kecuali hanya meminta para pelanggan untuk mencetak dan menunjukan QR Code yang tersimpan dalam masing – masing HP.
Beberapa waktu lalu, Pertamina melakukan operasi uji coba dalam perluasan cakupan MyPertamina di berbagai titik yang di antaranya DKI Jakarta dan Bekasi. Diketahui bahwa peminat bahan bakar di wilayah tersebut terbilang sangat tinggi. Hal tersebut karena kepadatan penduduk selalu meningkat setiap tahunnya. Terlepas dari itu, mereka pun melakukan uji coba pada lebih dari 50 Kota secara berkala. Dan terbukti peminat paling banyak adalah kendaraan roda dua. Hal tersebut didominasi oleh para transmigran dari Sabang sampai Merauke.
Selebihnya para pemilik kendaraan yang telah mendapatkan QR Code bisa langsung melakukan pembelian BBM secara merata. Mereka tidak layak untuk menunjukkan kode tersebut melalui HP karena cukup membawa hasil cetakan (Print Out). Selebihnya PT Pertamina Patra Niaga membantah keras bahwa setiap masyarakat tidak harus memiliki kode tersebut untuk mendapatkan bahan bakar sesuai keinginan. Karena mereka berhak untuk mendapatkan layanan dan kepuasan pelanggan seperti pada umumnya.
Para Pengamat Ekonomi Buka Suara
Masih dari laporan yang sama, salah seorang pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi terpaksa buka suara atas kerancuan berita tersebut. Baginya, aplikasi MyPertamina dirasa tidak efisien dan efektif dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap semua pelanggan. Terlebih hal tersebut hanya akan memakan waktu yang begitu banyak lantaran antrean pembeli BBM setiap harinya selalu padat merayap.
Terlebih tidak semua penduduk Indonesia memiliki gadget terutama HP Android. Tentunya mereka akan lebih merasa kesulitan jika sewaktu – waktu datang ke Pertamina untuk mendapatkan bahan bakar sesuai kebutuhan. Selain itu akses mereka untuk menjalankan kehidupan sehari – hari pun dinilai mengalami penurunan bahkan kerugian terbesar dalam usahanya.
“Pemberlakuan pembelian lewat aplikasi MyPertamina sejatinya tidak wajib dilakukan oleh semua pelanggan. Sebab mereka merupakan pemasok keuntungan terbesar bagi perusahaan. Justru tanpa mereka saya yakin betul bahwa inflasi perusahaan tak kan pernah naik secara drastis,” tegas Fahmy.
“Tercatat masih banyak warga menengah ke bawah yang masih kesulitan dalam mencari nafkah dan kebutuhan hidup sehari – hari. Jika mereka terpaksa harus mengikuti peraturan yang berlaku, saya yakin sektor pemerintahan akan goyah. Karena mereka akan semakin terlantar dan hanya akan menambah beban pikiran terhadap masa depan bangsa,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Fahmy menerangkan kalau semua kendaraan roda 4 dengan kriteria di bawah 2.000 cc tidak layak mendapatkan BBM bersubsidi. Sebab hal tersebut harus disesuaikan dengan pendapatan dan kebutuhan para pengguna. Kecuali jika mereka merupakan kalangan menengah ke bawah, pastinya kriteria tersebut sangat layak dipertimbangkan.
Di satu sisi, Indonesia telah semakin dekat dengan pergantian presiden. Dimana beberapa publik menyikapi bahwa Erick Thohir merupakan dalang dari semuanya. Namun Fahmy terlalu keberatan jika hal tersebut merupakan kisruh politik yang marak terjadi saat ini. Karena pada umumnya, Kementerian ESDM dan Pertamina telah bekerja sama untuk mengatur cakupan BBM hingga inflasi negara untuk kepentingan masa depan.
Ketidakadilan Bagi Para Konsumen
Di media sosial pun telah viral kalangan warganet yang bersikeras mengatakan bahwa kajian tersebut merupakan permainan utama pihak Pertamina untuk mendapatkan keuntungan berganda. Dimana salah satunya adalah memperluas jaringan aplikasi MyPertamina demi meraih rating tertinggi. Di sisi lain, harga jual yang ditawarkan saat ini makin hari makin mengalami kenaikan bahwa para pelanggan harus rela mengantre lama hanya untuk mendapatkan bahan bakar jenis solar.
Seperti yang dikemukakan konsumen BBM, Indra Kurniawan yang diwawancarai oleh Antara News. Ia menilai bahwa penggunaan Aplikasi MyPertamina tak hanya rumit dan sulit, akan tetapi merepotkan bagi semua warga. Baginya tidak semua orang bisa menggunakan aplikasi tersebut, terutama bagi kalangan orang tua hingga lanjut usia. Tentunya mereka tidak mampu mendapatkan BBM seperti dulu kala.
“Saya rasa kondisi tersebut bakal memperkeruh keadaan. Karena pada umumnya, pelanggan adalah raja. Tapi kini istilah tersebut seakan – akan sirna terkikis waktu. Dan kemungkinan besar kemiskinan di Indonesia akan terus berkelanjutan,” ujar Indra kepada Antara News.
Di samping itu, seorang Ibu Rumah Tangga, Aan juga senada dengan Indra. Baginya pihak Pertamina hanya memikirkan keuntungan perusahaan tanpa mementingkan kebutuhan pelanggan. Sebab pihaknya mulai mengalami kesulitan dalam membeli bahan bakar jenis Pertalite yang awalnya bisa didapatkan dengan jumlah banyak. Namun kini hal tersebut harus dihapus dengan latar belakang pembelian PertamaX dengan tarif yang cukup mahal.
“Boleh jadi penggunaan MyPertamina sangat efisien dan praktis. Tapi hal tersebut merugikan waktu orang banyak. Dan saya rasa aturan semacam itu terlalu merepotkan bagi setiap pelanggan,” ungkap Aan kepada Antara News.