Fenomena Citayam Fashion Week Dari Isu LGBT Hingga Hak Cipta – Citayam Fashion Week atau CFW belakangan ini tengah menjadi perbincangan banyak orang baik dalam kehidupan nyata maupun di sosial media. Berawal dari remaja yang berasal dari Citayam, Bojong Gede dan Depok yang nongkrong dan berfoto di kawasan Sudirman. Lalu kegiatan nongkrong dan berfoto itu bergeser menjadi ajang pamer fashion. Para remaja ini mulai melakukan catwalk di atas zebra cross layaknya seorang model. Kegiatan ini mirip dengan acara Paris Fashion Week, hanya saja pada acara Paris Fashion Week model yang berlenggak-lenggok di atas zebra cross adalah model profesional dan busana yang ditampilkan adalah busana dari desiner ternama.
Viralnya video wawancara Bonge, jeje dan Kurma di dunia maya ikut menjadi salah satu penyebab kawasan itu semakin ramai dan mengundang ketertarikan orang-orang untuk mendatangi kawasan tersebut. Termasuk diantaranya artis Paula Verhoeven dan Gubernur Jawa barat Ridwan Kamil. Artis Cinta Laura Kiehl yang turut hadir untuk mengkampanyekan cinta lingkungan dengan gerakan memungut sampah yang ada di lokasi acara semakin menabah kepopuleran dari Citayam Fashion Week.
Seiring dengan semakin viralnya fenomena Citayam Fashion Week berbagai kontroversi pun mulai bermunculan. Bermula dari banyaknya pihak di luar Citayam yang memanfaatkan tren ini untuk numpang tenar. Hingga muncul ungkapan dalam bahasa Inggris, diciptakan orang miskin dicuri orang kaya yang sempat trending di Twitter. Hal itu sebagai ungkapan kekesalan karena adanya politisi dan artis yang dinilai ikut memanfaat fenomena Citayam Fashin Week untuk keuntungan mereka sendiri.
Isu-isu adanya LGBT yang ikut eksis di ajang Citayam Fashion Week juga menjadi salah satu kontrversi yang mucul. Isu LGBT ini muncul dikarenakan adanya sejumlah pria yang mengengenakan pakain wanita ikut meramaikan acara tersebut. Tidak hanya berpakaian seperti wanita, para pria itu juga berperilaku ‘kemayu’ layaknya seorang perempuan. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria pun ikut bersuara menanggapi isu LGBT yang muncul di acara tersebut. Dia mengingantkan agar remaja penggiat Citayam Fashion Week untuk tetap tahu batasan. Majelis Ulama Indonesia juga ikut menyoroti adanya isu LGBT yang ada pada fenomena Citayam Fashion Week. Ketua Umun Majelis Ulama Indonesi KH Marsudi Syuhud mengatakan, bahwa masalah LGBT adalah masalah kemanusiaan dan dianggap penyakit oleh sebagian masyarakat. Karena itu menurut KH Marsudi Syuhud anak remaja yang terjangkit virus LGBT harus di sembuhkan.
Selain itu Marsudi Syuhud juga berpesan agar para remaja yang mengikuti acara tersebut untuk tidak mengganggu ketertiban umum. Tidak hanya Wakil Gubernur DKI Jakarta dan Ketua Majelis Ulama Indonesia yang angkat suara mengenai isu adanya LGBT di kawasan Sudirman sebagai tempat berlangsungnya kegiatan Citayam fashion Week. Wakil Menteri Agama Zainud Tauhid juga memberikan respon atas fenomena ini. Menurutnya hal yang menyimpang dari kegiatan Citayam fashion Week harus dihindari oleh generasi penerus bangsa, dan mengambil sisi positinya.
“Yang pasti yang baik diambil. Tapi yang tidak baik, yang menyimpang dari kehidupan, menyimpang dari nilai-nilai agama , nilai sosial, nilai-nilainyang berkembang dan berlaku di masyarakat yaitu harus dihindari.” Ucap Zainut saat mengahadiribacara milad ke 47 MUI.
Menurutnya perilaku yang menyimpang di kalangan anak muda tidak hanya menjadi masalah yang harus di selesaikan oleh MUI, tetapi juga menjadi kewajiban para pemimpin umat beragama di Indonesia.
Kontrovesi yang muncul selanjutnya adalah mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual atau HAKI. Fenomena Citayem Fashion week yang menyedot banyak perhatian, menjadi daya tarik beberapa pihak untuk mematenkan nama Citayam Fashion Week menjadi sebuah brand. Beberapa pihak pun mulai mendaftarkan HAKI Citayam Fashion Week ke Direktorat Jendral kekayaan Intelektual atau DJKI. Pihak-pihak yang mendaftarkan HAKI atas Citayam Fashion Week diantaranya adalah Daniel Handoko Santoso, PT Tekstil Industri Palekat, Indigo Aditya Nugroho dan PT Tiger Wong Entertaiment yang dimiliki oleh Baim Wong.
Daniel Handoko Santoso mendaftarkan Haki atas Citayam Fashion Week untuk jenis barang/jasa seperti alas kaki untuk anak dan dewasa, baju kaos, koko dan olahraga hingga T-shirt. Sedangkan Indigo Aditya mendaftarkan HAKI untuk hiburan, expo mengenai kesenian, kebudayaan, pendidikan dan perencanaan pesta hiburan untuk acara promosi yang berhubungan dengan peragaan busana dan pertunjukan live. Untuk PT Tiger Wong, mendaftarkan HAKI untuk jenis jasa hiburan dalam sifat peragaan busana, hiburan berupa podcast dan publikasi majalah mode. Satu-satunya yang mendaftarkan HAKI hanya dengan nama Citayam untuk barang/jasa tekstil adalah PT Tekstil Industri Palekat.
Hal itu tentu saja mengundang banyak komentar dari berbagai pihak. Banyak orang menilai pihak-pihak ini hanya ingin mengambil keuntungan dari fenomena yang ada. Salah satunya dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, yang juga sempat di ajang Citayam Fashion Week. Melalui akun Instagramnya Ridwan Kamil menuliskan nasehat yang ditujukan pada Baim Wong dan kawan-kawan. Yang berisi, bahwa tidak semua urusan yang ada di dunia harus selalu dilihat dari sisi komersial. Surat Ridwan Kamil ini mendapat respon positif dari para netizen yang setuju agar Citayam fasion Week tetap seperti apa adanya. Tidak hanya Gubernur Jawa Barat, komika, aktor sekaligus sutradara Ernest Prakasa juga ikut berkomentar melalui akun twitternya. Menurutnya apa yang dilakukan Baim adalah tindakan serakah.
Karena banyaknya komentar negatif, akhirnya Baim wong memutuskan untuk menarik kembali pengajuan merek Citayam Fashion Week yang dia daftarkan.